Ketika Generasi Muda PERTI Dirasuki Ideologi Kapitalis: Sebuah Otokritik untuk Kebangkitan Ulang


PERTI bukan sekadar nama organisasi. Ia adalah warisan ulama. Ia adalah buah dari cita-cita besar para tuanku dan syekh yang ingin menyatukan ilmu, iman, dan amal dalam satu tarikan nafas kebangsaan.


Namun hari ini, dengan penuh keprihatinan, saya menyaksikan sebagian generasi muda PERTI mulai kehilangan ruh itu. Banyak yang mulai lupa bahwa PERTI lahir bukan untuk sekadar eksis secara administratif, tapi untuk menjadi benteng aqidah, akhlak, dan ilmu di tengah badai zaman.


Dan yang lebih mengkhawatirkan: sebagian dari kita sudah mulai dirasuki oleh ideologi kapitalis.


Kapitalisme Masuk Lewat Gaya Hidup


Kapitalisme bukan hanya soal ekonomi. Ia adalah cara pandang. Ia mengajarkan bahwa hidup ini tentang mengejar materi, tentang bersaing untuk kepentingan pribadi, tentang menilai segala sesuatu berdasarkan untung dan rugi.


Hari ini, sebagian anak muda PERTI sudah mulai sibuk dengan “branding”, tapi lupa pada “building”. Sibuk mengejar pencitraan, tapi lupa pada pengkaderan. Sibuk mengejar proyek, tapi meninggalkan majelis ilmu dan pengabdian.


Apakah kita ingin PERTI hanya jadi "organisasi elit warisan", yang namanya besar tapi jiwanya kosong?


Dari Madrasah ke Mall: Pergeseran Arah Kultural


Dulu, anak PERTI dikenal sebagai penjaga surau, pewaris madrasah, pejuang dakwah dan adab. Tapi kini, sebagian lebih betah nongkrong di kafe daripada di halaqah. Lebih paham algoritma media sosial daripada isi kitab kuning. Lebih bangga jadi “influencer” kapitalis ketimbang jadi pewaris dakwah tuanku.


Jika ini terus dibiarkan, kita bukan hanya kehilangan arah—kita sedang mengkhianati amanah sejarah.


Kita Butuh Kembali: Back to the Roots, Rise to the Future


Saya tidak mengatakan semua anak muda PERTI seperti itu. Tidak. Tapi inilah saatnya kita saling menegur dengan cinta. Saatnya kita kembali kepada nilai-nilai dasar PERTI:


1. Ilmu yang lahir dari madrasah dan surau.

2. Akhlak yang lahir dari tangan para ulama mukhlisin.

3. Perjuangan yang lahir dari cinta kepada umat dan bangsa, bukan kepada uang dan kekuasaan.


Kita butuh generasi baru PERTI yang punya ruh al-Azhar, keberanian ala Haji Rasul, dan kesederhanaan ala Syekh Sulaiman ar-Rasuli.


PERTI Harus Bangkit dari Dalam


Kapitalisme bisa merusak organisasi jika dibiarkan menjadi nilai dasar hidup. Tapi PERTI tidak boleh tumbang. Kita punya akar kuat, tinggal kita sirami dengan ruh perjuangan dan keikhlasan.


Mari kita bangun PERTI bukan dengan jual nama, tapi dengan perjuangan. Bukan dengan memburu posisi, tapi dengan membina generasi. Kita harus kembali menjadikan ilmu dan adab sebagai orientasi utama.


Generasi muda PERTI harus bangkit, bukan menjadi korban kapitalisme, tapi menjadi pelurus peradaban.


Salam dari anak kampung yang masih percaya: bahwa jalan ulama adalah jalan kemenangan.

Bukittinggi, 2025.


Adisra Ahmad

Staff Departemen Keanggotaan dan Keorganisasian PB KMTI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar