PB KMTI Silaturahmi dengan Umi Yuni Waly, Bahas Abuya Muda Waly dan Penguatan Pendidikan Islam

 

Bogor - Pengurus Besar Kesatuan Mahasiswa Tarbiyah Islamiyah (PB KMTI) bersilaturrahmi dengan Ummi Wahyuniati Djamaluddin Waly atau akrab disebut Umi Yuni Al-Waly, istri Almarhum Ustad Arifin Ilham pada Jumat (4/8/2023) di majelis zikir sekaligus kediamannya di Kompleks Azzikra, Sentul, Bogor, Jawa Barat.


Ketua Umum, Bendahara Umum, Wabendum dan jajaran pengurus PB KMTI lainnya disambut Umi Yuni Pimpinan Majelis Zikir Humairah Shalihah sekaligus Dewan Penasehat Pimpinan Pusat Persatuan Wanita Tarbiyah Islamiyah (PP PERWATI) dengan hangat dan penuh rasa kekeluargaan. Umi Yuni juga ikut didampingi oleh suami dan keluarga beliau.


Ketua Umum PB KMTI Muhammad Hidayatullah dalam lawatan tersebut menyampaikan rasa syukur dan terimakasihnya atas sambutan Umi Yuni Al-Waly kepada PB KMTI. Ia kemudian menjelaskan bahwa gerakan PB KMTI ia fokuskan kepada gerakan intelektual, gerakan spiritual dan sosial keummatan-kebangsaan. PB KMTI sebagai wadah dan payung generasi muda Perti diharapkan dapat melanjutkan perjuangan para tokoh pendiri dan ulama Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) sebagai benteng Islam Ahlussunnah wal Jamaah dan NKRI.


"Sudah sepantasnya pula kami selaku anak mengunjungi orangtua kami apalagi sesama keluarga besar PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) kita perlu kembali menjalin tali kekeluargaan secara ideologis, jasmani maupun rohani sebagaimana tradisi yang telah dilakukan dan dirawat oleh ulama-ulama dan tokoh pendiri PERTI dahulunya," ujarnya.


Ketum PB KMTI sangat senang mendengar kabar bahwa Umi Yuni sampai saat ini masih terus merawat, melanjutkan dan mengajarkan kajian/halaqah zikir yang yang sanadnya menyambung kepada kakek beliau yakni Abuya Syekh Muda Waly. Hal ini terbukti dari keistiqomahan beliau dalam memimpin Majelis Zikir Humaira Shalihah yang dikhususkan untuk kaum perempuan muslimah hingga saat ini di Sentul Bogor.


Kepada pengurus PB KMTI, Umi Yuni Waly banyak bercerita tentang kakek beliau yaitu Teungku Syekh Haji Muhammad Waly al-Khalidy atau Abuya Muda Wali, ulama besar sekaligus pendiri PERTI di Aceh. Ia juga bercerita bagaimana peran Abuya KH Djamaluddin Waly (ayah beliau) dalam mendidik dan membantu membesarkan Ustad Arifin Ilham dari awal sehingga menjadi seperti sekarang yang dikenal masyakarat luas sebagai ustadz kondang Indonesia.


Selain itu Umi Yuni yang turut didampingi suami juga bercerita tentang perjuangan dan kesabaran keluarga beliau dalam melawan orang-orang yang mengganggu Majelis dan Ma'had Az Zikra, dan berusaha menjatuhkan keluarganya dengan cara memfitnah dan lain sebagainya.


Selanjutnya pada kesempatan itu ia juga menyampaikan rencana besar dan iktikad baiknya ingin membantu PERTI dan KMTI melalui dukungan para generasi muda dalam mendirikan dan membangun kampus Universitas Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Universitas PERTI) nantinya.


Sebagaimana kakek beliau yaitu Abuya Muda Waly dan ayah beliau yaitu Abuya Jamaluddin Waly, Umi Yuni juga ingin banyak membantu PERTI terutama dalam pendidikan, spiritual, dakwah, sosial dan ekonomi keumatan. Ia juga mengaku sangat senang dikunjungi oleh pengurus PB KMTI selepas beberapa waktu lalu ia juga turut hadir dalam Pelantikan PP PERTI dan Ormas Serumpun (PERWATI, PEMUDA PERTI dan KMTI) di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta (20/3/2023).


Kakek Umi Yuni Waly yaitu Abuya Muda Waly merupakan ulama besar PERTI di Aceh yang mendirikan Dayah Darussalam Alwaliyah di Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan. Abuya Muda Waly lahir pada tahun 1917 dan meninggal pada 20 Maret 1961 di Labuhan Haji. Ayah Abuya Muda Waly bernama Syekh Haji Muhammad Salim bin Tuanku Sutan Malin Palito, seorang dai asal Batusangkar, Sumatra Barat dan ibunya bernama Siti Janadat.


Abuya Muda Waly pernah berguru kepada beberapa ulama seperti Syekh Muhammad Salim (ayah beliau), Syekh Muhammad Ali Lampisang, Syekh Teuku Mahmud Blangpidie, Syekh Hasan Krueng Kale, Syekh Hasballah Indrapuri, Prof Mahmoed Joenoes, Syekh Khatib Ali Padang, Syekh Muhammad Jamil Jaho, Syekh Abdul Ghani Batu Basurek dan Syekh Ali bin Husain al-Maliki al-Makki.


Menurut Ketua Bidang Dakwah, Sosial dan Ekonomi Kreatif PB KMTI Rozal Nawafil, Buya Sirajuddin Abbas (Ulama besar Perti, tokoh besar Ahlussunnah wal Jamaah Indonesia) pernah berkunjung ke Dayah Darussalam Labuhan Haji. Abuya Muda Waly saat itu menyebut Buya Siraj seorang ulama yang beruntung sebab beliau dapat berziarah ke banyak makam ulama terutama Imam Syafii di Mesir.


Menurut Buya Siraj, Abuya Muda Waly adalah ulama yang paling berhasil di Aceh. Dayah Darussalam yang ia dirikan telah melahirkan ulama-ulama besar mazhab syafii yang selalu menjadi kiblat masyarakat Aceh, bahkan Nusantara. 


"Dayah (baca: pesantren) Darussalam merupakan salah satu sekolah agama Islam PERTI terbesar pada awal kemerdekaan RI dengan jumlah santri mencapai 1000 orang. Saat dipimpin Abuya Muda Waly, Dayah Darussalam sudah menyelenggarakan pendidikan setingkat perguruan tinggi dengan nama Bustanul Muhaqqiqin. Ijazah Bustanul Muhaqqiqin Dayah Darussalam saat itu diakui setara ijazah S1 Universitas Al Azhar Mesir oleh para masyaikh Al Azhar," ujar Rozal.


Abuya Muda Waly yang juga merupakan seorang waliyullah/sufi besar sekaligus mursyid dalam Tarekat Naqsyabandiyah terbukti tidak hanya melahirkan para ulama yang alim di bidang Tauhid/akidah dan Fiqih/syariat saja tetapi juga alim di bidang tasawwuf, tafsir, hadis, mantiq, balaghah, falak dan ilmu-ilmu keislaman dan kebangsaan lainnya.


Abuya Muda Waly Aceh masyhur dikenal sebagai ulama besar Perti yang sangat berpengaruh dan ikut berkontribusi membawa ormas Perti bersama dengan tokoh pendiri Perti lainnya ke tingkat kancah Nasional dari era pra kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan Indonesia. Bahkan, beliau juga ikut hadir dan berkontribusi pada Konferensi Alim Ulama se-Indonesia tahun 1954 di Cipanas, Bogor dalam menyelesaikan problematika tentang kedudukan/posisi Proklamator Bung Karno saat itu.


Abuya Muda Waly sebagai bagian dari ormas Perti bersama dengan ulama perwakilan Perti lainnya seperti Syekh Sulaiman Arrasuli, Syekh Abuya Krueng Kalee, Buya Sirajuddin Abbas, dll pada Konferensi Alim Ulama 1954 tersebut telah berhasil melahirkan sebuah keputusan pemberian gelar "waliyyul amri ad-dharuri bis syaukah" untuk Soekarno yang intinya menegaskan posisi presiden Indonesia (Soekarno) sebagai pemimpin yang sah berdasarkan agama Islam.


Teruntuk Abuya Syekh Muda Waly dan ulama Perti lainnya, lahum al-Fatihah....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar